Taman Nasional Gunung Halimun merupakan
perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah, hutan sub-montana
dan hutan montana di Jawa. Hampir seluruh hutan di taman nasional ini
berada di dataran pegunungan dengan beberapa sungai dan air terjun, yang
merupakan perlindungan fungsi hidrologis di Kabupaten Bogor, Lebak, dan
Sukabumi.
Beberapa tumbuhan yang mendominasi hutan di Taman Nasional
Gunung Halimun antara lain rasamala (Altingia excelsa), jamuju
(Dacrycarpus imbricatus), dan puspa (Schima wallichii).
Sekitar 75 jenis anggrek terdapat di taman nasional ini dan beberapa jenis
diantaranya merupakan jenis langka seperti Bulbophylum binnendykii,
B. angustifolium, Cymbidium ensifolium, dan Dendrobium macrophyllum.
Taman Nasional Gunung Halimun merupakan habitat dari
beberapa satwa mamalia seperti owa (Hylobates moloch), kancil
(Tragulus javanicus javanicus), surili (Presbytis comata
comata), lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus),
kijang (Muntiacus muntjak muntjak), macan tutul (Panthera
pardus melas), dan anjing hutan (Cuon alpinus javanicus).
|
Terdapat kurang lebih 204 jenis burung dan 90 jenis diantaranya merupakan burung yang menetap serta 35 jenis merupakan jenis endemik di Jawa termasuk burung elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Selain itu terdapat dua jenis burung yang terancam punah yaitu burung cica matahari (Crocias albonotatus) dan burung poksai kuda (Garrulax rufifrons). Burung elang Jawa yang identik dengan lambang negara Indonesia (burung garuda), cukup banyak dijumpai di Taman Nasional Gunung Halimun. |
Dengan iklim yang basah, taman nasional
ini merupakan sumber mata air dari beberapa sungai yang alirannya tidak
pernah kering sepanjang tahun, dan delapan buah air terjun yang indah
serta potensial untuk kegiatan pariwisata alam/rekreasi.
Masyarakat di sekitar taman nasional merupakan masyarakat
tradisional Kasepuhan. Masyarakat tersebut memiliki pola kehidupan sangat
unik dan kearifan dalam mengelola kawasan hutan di sekelilingnya selama
puluhan tahun.
|
Taman Nasional Gunung Halimun merupakan tempat rekreasi/pariwisata alam yang sangat menarik, karena beragamnya obyek dan daya tarik wisata alam yang dimilikinya. Keheningan hutan yang terkadang terdengar suara kicauan burung dan satwa lainnya, merupakan obyek pengamatan hidupan liar yang menarik.
Taman nasional ini memiliki fasilitas canopy trail untuk berjalan dari pohon ke pohon, mengamati kehidupan burung dan satwa liar lainnya yang tinggal di tajuk pohon.
Keindahan alam dengan kehidupan liar, gemuruh air terjun
dan gemericik aliran sungai kecil yang jernih; kesemuanya merupakan peristiwa
alam yang dapat memberi pengalaman yang mungkin tidak akan terlupakan
terutama bagi wisatawan dari kota-kota besar.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Curug Cimantaja, Curug Piit, Curug Cipamulaan, Curug Cihanyawar, Curug
Citangkolo. Menjelajahi hutan, pengamatan tumbuhan dan satwa.
Sungai Citarik. Arung jeram.
Cikaniki dan Citalahab. Berkemah, atraksi canopy trail dan pengamatan tumbuhan/satwa.
Candi Cibedug. Candi tua berukuran kecil dari zaman megalitik dapat dilihat 8 km dari Desa Citorek.
Gunung Halimun (± 1.929 m. dpl), Gunung Sanggabuana (± 1.919 m. dpl). Penjelajahan dan pendakian gunung.
Obyek wisata lainnya berada di pintu masuk utama Cipeuteuy berupa Perkebunan Teh Nirmala.
Cikaniki dan Citalahab. Berkemah, atraksi canopy trail dan pengamatan tumbuhan/satwa.
Candi Cibedug. Candi tua berukuran kecil dari zaman megalitik dapat dilihat 8 km dari Desa Citorek.
Gunung Halimun (± 1.929 m. dpl), Gunung Sanggabuana (± 1.919 m. dpl). Penjelajahan dan pendakian gunung.
Obyek wisata lainnya berada di pintu masuk utama Cipeuteuy berupa Perkebunan Teh Nirmala.
Atraksi budaya di sekitar taman nasional berupa upacara
Seren Tahun pada bulan Juli. Upacara tersebut diselenggarakan di Kasepuhan
Banten Kidul dengan pagelaran kesenian tradisional, mulai dari kesenian
yang sudah langka seperti debus, musik angklung besar sampai kesenian
khas Sunda lainnya.
Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d Agustus setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi: Bogor/Sukabumi-Parungkuda-Kabandungan,
50 km (± 1,5 jam), Bogor-Cisangku, 50 km (± 2,5 jam), Rangkasbitung-Bayah-Ciparay,
186 km (± 6 jam).
1 comments:
Yesterday, while I was at work, my sister stole my iPad and tested to see if it
can survive a forty foot drop, just so she can be a youtube sensation. My iPad is now broken and she has 83 views.
I know this is completely off topic but I had to share it with someone!
Post a Comment