Curug Cibereum terdiri dari air terjun utama Curug Cibeureum, dan dua
air terjun lain yang lebih kecil, Curug Cidendeng dan Curug Cikundul.
Curug Cibeureum adalah air terjun terbesar dan paling pendek di kawasan
ini, letaknya yang lebih terbuka dan dekat shelter
sehingga lebih banyak dikerumunin. Nama Cibeureum berasal dari bahasa
sunda yang berarti sungai merah, nama ini diambil dari nuansa merah
dinding tebing yang terbentuk dari lumut merah yang tumbuh secara
endemik disana.
Disebelah kanan Curug Cibeureum adalah Curug Cidendeng, ukurannya lebih tinggi dan langsing. Airnya melintasi tebing batu-batu trap dan jatuh menimpa lereng tebing yang berlumut. Sedangkan yang paling kanan adalah Curug Cikundul, letaknya yang sangat tinggi dan agak tersembunyi di ceruk dua tebing.
Ketiga curug ini memiliki ketinggian antara 40-50 meter dan berada di ketinggian 1675 m dari permukaan laut (dpl). Curah hujan rata-rata di kawasan ini berkisar 3.000-4.200 mm per tahun. Bulan basah pada perode Oktober sampai Mei, pada saat musim barat laut dan rata-rata hujannya lebih dari 200 mm per bulan. Bulan Desember sampai Maret curah hujannya dapat mencapai lebih dari 400 mm per bulan.
Legenda
Dinamakan Cibeureum karena konon dulu air yang dialirkannya berwarna merah. Ci (Sunda, artinya air) dan beureum (Sunda, artinya merah). Warna merah ini berasal dari dinding tebing curug ditumbuhi lumut merah ( Sphagnum gedeanum ). Jika terkena sinar matahari, warna air pun terlihat berubah menjadi merah.
Selain mitos berupa air yang berwarna merah tersebut diatas, terdapat juga mitos yang lain yaitu diyakininya keberadaan seorang pertapa sakti yang sedang melakukan laku ritual (bertapa). Dikarenakan bertapa sangat lama dan tekun akhirnya pertama tersebut berubah menjadi batu. Konon batu besar yang berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini adalah perwujudan seorang pertapa sakti tersebut.
Disebelah kanan Curug Cibeureum adalah Curug Cidendeng, ukurannya lebih tinggi dan langsing. Airnya melintasi tebing batu-batu trap dan jatuh menimpa lereng tebing yang berlumut. Sedangkan yang paling kanan adalah Curug Cikundul, letaknya yang sangat tinggi dan agak tersembunyi di ceruk dua tebing.
Ketiga curug ini memiliki ketinggian antara 40-50 meter dan berada di ketinggian 1675 m dari permukaan laut (dpl). Curah hujan rata-rata di kawasan ini berkisar 3.000-4.200 mm per tahun. Bulan basah pada perode Oktober sampai Mei, pada saat musim barat laut dan rata-rata hujannya lebih dari 200 mm per bulan. Bulan Desember sampai Maret curah hujannya dapat mencapai lebih dari 400 mm per bulan.
Legenda
Dinamakan Cibeureum karena konon dulu air yang dialirkannya berwarna merah. Ci (Sunda, artinya air) dan beureum (Sunda, artinya merah). Warna merah ini berasal dari dinding tebing curug ditumbuhi lumut merah ( Sphagnum gedeanum ). Jika terkena sinar matahari, warna air pun terlihat berubah menjadi merah.
Selain mitos berupa air yang berwarna merah tersebut diatas, terdapat juga mitos yang lain yaitu diyakininya keberadaan seorang pertapa sakti yang sedang melakukan laku ritual (bertapa). Dikarenakan bertapa sangat lama dan tekun akhirnya pertama tersebut berubah menjadi batu. Konon batu besar yang berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini adalah perwujudan seorang pertapa sakti tersebut.
Lokasi
Terletak di dalam kawasan Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) Cibodas,
tepatnya di Desa Sindang Laya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur,
Propinsi Jawa Barat.
Peta dan Koordinat GPS :6° 45' 17.11" S 106° 59' 7.52" E
Peta dan Koordinat GPS :6° 45' 17.11" S 106° 59' 7.52" E
Aksesbilitas
Berjarak sekitar 2,6 km atau satu jam dengan berjalan
kaki dari gerbang masuk Taman Nasional. Sedangkan untuk menuju Taman Nasional itu sendiri harus melewati pintu masuk kawasan wisata Kebun Raya Cibodas.
Perjalananan menuju kawasan wisata Cibodas dapat ditempuh dengan mobil dengan kondisi jalan cukup mulus. Jarak ke kawasan ini sekitar 100 km dari Jakarta (sekitar 3 jam perjalanan).
Pintu masuk menuju ke Curug Cibeureum terletak di sebelah utara sekitar 500 m dari pintu masuk utama Kebun Raya Cibodas. Pintu masuk ini juga merupakan jalan masuk menuju pendakian ke Gunung Gede-Pangrango.
Sepanjang perjalanan menuju curug ini akan ditemui beberapa tempat yang menarik, juga beberapa tempat peristirahatan (pos) yang sengaja dibangun oleh pengelola.
Sekitar 30 menit berjalan dari pintu masuk ditemui pos pertama. Di Pos pertama ini terdapat pusat informasi, tempat istirahat dan toilet.
Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke pos kedua yang terletak di dekat Telaga Biru. Telaga (dengan luas sekitar 0,25 ha) ini mempunyai air yang berwarna biru kehijau-hijauan karena di dalam telaga ini terdapat ganggang hidup sehingga membuat nya berwarna biru.
Setelah berjalan sekitar 2 km, perjalanan akan melewati jembatan yang terbuat dari susuan potongan kayu yang rapi di atas Rawa Gayonggong. Gayonggong sendiri itu jenis rumput. Aman untuk dilewati walau ada beberapa kayu yang udah bolong karena rapuh. Trek jembatan kayu ini lumayan panjang untuk disebut sekedar jembatan, sampai sedikit berkelok-kelok juga. Di jembatan kayu ini ada tempat istirahat untuk sekedar melepas lelah atau mengabadikan pemandangan.
Perjalananan menuju kawasan wisata Cibodas dapat ditempuh dengan mobil dengan kondisi jalan cukup mulus. Jarak ke kawasan ini sekitar 100 km dari Jakarta (sekitar 3 jam perjalanan).
Pintu masuk menuju ke Curug Cibeureum terletak di sebelah utara sekitar 500 m dari pintu masuk utama Kebun Raya Cibodas. Pintu masuk ini juga merupakan jalan masuk menuju pendakian ke Gunung Gede-Pangrango.
Sepanjang perjalanan menuju curug ini akan ditemui beberapa tempat yang menarik, juga beberapa tempat peristirahatan (pos) yang sengaja dibangun oleh pengelola.
Sekitar 30 menit berjalan dari pintu masuk ditemui pos pertama. Di Pos pertama ini terdapat pusat informasi, tempat istirahat dan toilet.
Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke pos kedua yang terletak di dekat Telaga Biru. Telaga (dengan luas sekitar 0,25 ha) ini mempunyai air yang berwarna biru kehijau-hijauan karena di dalam telaga ini terdapat ganggang hidup sehingga membuat nya berwarna biru.
Setelah berjalan sekitar 2 km, perjalanan akan melewati jembatan yang terbuat dari susuan potongan kayu yang rapi di atas Rawa Gayonggong. Gayonggong sendiri itu jenis rumput. Aman untuk dilewati walau ada beberapa kayu yang udah bolong karena rapuh. Trek jembatan kayu ini lumayan panjang untuk disebut sekedar jembatan, sampai sedikit berkelok-kelok juga. Di jembatan kayu ini ada tempat istirahat untuk sekedar melepas lelah atau mengabadikan pemandangan.
Jalur jembatan kayu kembali berganti dengan trek bebatuan, dan tidak lama akan ditemui pos ketiga yang terletak di sebelah persimpangan (pertigaan) dan dinamakan Panyancangan Kuda. Ada plang penunjuk arah disana, dengan arah ke kiri menuju lokasi air panas, Kandang Badak dan Puncak Gede, sedangkan arah ke kanan ke curug Cibeureum dan puncak Pangrango.
Dari persimpangan tersebut ke arah kanan jalan agak menurun sedikit dan datar. Waktu tempuh menuju curug sekitar seperempat jam lagi dari persimpanan ini.
Tiket dan Parkir
Biaya tiket masuk ke Curug Cibeureum ini adalah Rp 3500 per orang. Biaya ini adalah untuk berkunjung ke Curug Cibeureum atau melakukan pendakian. Sebelumnya di pintu gerbang Kawasan Wisata Kebun Raya Cibodas membayar tiket masuk sebesar 2000 per orang dan Rp 5000 untuk kendaraan roda empat.
Sumber :https://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-barat/curug-cibeureum---sindang-laya---cianjur
0 comments:
Post a Comment