ads-1

Home » » Curug citiis

Curug citiis

Keindahan air terjun merupakan salah satu daya tarik yang banyak diminati wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Pada umumnya air terjun terbentuk karena terjadinya patahan kulit bumi sehingga aliran air terpotong membentuk loncatan air sesuai prinsip aliran air dari ketinggian ke tempat yang lebih rendah. TNGHS mempunyai banyak air terjun, seperti :

   Curug Cimantaja dan Curug Cipamulan, terletak di desa Cikiray, kecamatan Cikidang dan kabupaten Sukabumi
    Curug Piit (Curug Cihanjawar), Curug Walet dan Curug Cikudapaeh, terdapat di sekitar Perkebunan Teh Nirmala Curug Citangkolo, terletak di desa Mekarjaya, kecamatan Kabandungan, kabupaten Sukabum Curug Ciberang dan Curug Cileungsing, terletak di sekitar kampung Leuwijamang
    Curug Ciarnisah, terletak di sekitar kampung Cibedug Taman Nasional Gunung Halimun-Salak
      wisata/gunung.jpg

     Di Gunung Salak terdapat beberapa curug diantaranya Curug Cangkuang (Cidahu); Curug Pilung (Girijaya); Curug Cibadak (Cijeruk); Curug Citiis (Ciapus); Curug Nangka (Taman Sari); Curug Ciputri (Tenjolaya); Curug Cihurang, Cirug Cigamea, Curug Ngumpet dan Curug Seribu (Pamijahan), Curug Cibereum (Jayanegara).
Di dalam hutannya yang masih perawan kita dapat menjumpai beberapa air terjun yang sangat eksotik dan bahkan ada yang jauh berada di dalam hutan. Diantara air terjun atau curug yang dapat dikunjungi antara lain, Curug Macan, Cikudapaeh, Cihanjawar, Citangkolo dan Curug Piit. Semunya itu bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Selama perjalanan menuju air terjun kita akan menjumpai beberapa hewan langka dan tumbuhan yang usianya bisa mencapai ratusan tahun.

Secara umum wisata petualangan di Taman Nasional Gunung Halimun bisa dinikmati oleh seluruh keluarga dan usia, dari anak-anak sampai orang tua. Semuanya bisa disesuaikan dengan lokasi-lokasi yang akan jadi tujuan selama berada di dalam kawasan taman nasional sesuai dengan tingkat usia serta kemampuan kita.

Kabandungan – Cikaniki - Citalahab
Pintu masuk ke kawasan taman nasional yang umum dan sering dikunjungi yaitu melalui Kabandungan. Untuk sampai di wilayah Kabandungan kita harus melalui wilayah Parung Kuda (jalan raya yang melewati Stasiun Kereta Api Parung Kuda). Wilayah Kabandungan yang merupakan nama sebuah kecamatan, terdapat kantor Balai Taman Nasional Gunung Halimun – Salak (TNGH-S). Disini kita bisa melapor sekaligus mengurus administrasinya. Selain itu disediakan pula wisma tamu untuk anda yang ingin bermalam.

Di balai taman nasional ini pula kita bisa mendapatkan informasi yang sangat lengkap sebelum kita bertualang menjelajahi wilayah taman nasional. Disini terdapat ruangan yang menyimpan berbagai obyek foto, buku-buku, maket tiga dimensi bahkan ruang auditorium yang menggambarkan secara ringkas dan jelas hal-hal yang berhubungan dengan taman nasional. Dari kantor balai taman nasional perjalanan dapat kita lanjutkan menuju Stasiun Penelitian (Research) Cikaniki yang berjarak 18 km. Jalan yang akan kita lalui merupakan jalan berbatu-batu. Aspal terakhir hanya sampai desa Cipeuteuy, kira-kira 2 km dari kantor balai taman nasional. Setelah itu baru kita bisa menggunakan ojeg motor atau kendaraan sejenis L-300 yang banyak terdapat disana. Tetapi jika ingin menggunakan kendaraan pribadi disarankan menggunakan mobil sejenis 4WD atau minimal sejenis Kijang dan Panther.

Sebelum masuk ke gerbang kawasan taman nasional kita akan melewati perkampungan penduduk, ladang dan sawah. Untuk sampai Stasiun Penelitian Cikaniki dari gerbang kawasan taman nasional jarakanya ±6 km. Sepanjang jalan dari gerbang menuju Cikaniki tidak akan membosankan karena kita melintasi hutan hujan tropis yang asri dan hijau. Di sepanjang jalur ini pula kita akan melintasi salah satu habitat Owa Jawa. Dekat sebuah perbatasan yang memisahkan Kabupaten Sukabumi dan Bogor terdapat papan petunjuk yang menginformasikan bahwa disitu merupakan salah satu lintasan Macan Tutul.

Tidak lama kemudian baru kita akan sampai di Stasiun Penelitian Cikaniki, berupa bangunan modern dari kayu yang didatangkan dari Pulau Kalimantan dan bergaya arsitektur Jepang. Stasiun tersebut dibangun oleh sebuah lembaga bantuan asing dari Jepang, JICA, sebagai tempat atau pusat research para peneliti baik asing maupun lokal. Disini fasilitas cukup lengkap karena ada tempat parkir, wisma tamu yang dilengkapi dengan kamar-kamar, dapur dan ruang makan. Selain itu diruang tamu terdapat beberapa contoh jenis hewan khas taman nasional yang sudah diawetkan dan beberapa obyek foto serta buku-buku yang bisa menambah informasi kita mengenai kawasan taman nasional. Dekat stasiun terdapat sebuah sungai yang jernih dan suara airnya mengalir memecahkan keheningan disekelilingnya. Terkadang di hutan yang mengelilingi Stasiun Penelitian Cikaniki dijumpai Monyet Surili bergelantungan.
Sekitar 200 meter utara stasiun Cikaniki, terdapat menara penelitian atau biasa dipakai untuk pengamatan burung. Menara ini biasa disebut Canopy Trail yaitu berupa jembatan gantung yang saling terhubung dan bertumpu pada empat pohon besar. Panjang jembatan ini tidak kurang dari 100 meter dengan ketinggian 25-30 meter. Dari atas jembatan ini kita dapat melihat pemandangan yang indah yaitu dengan melihat tajuk-tajuk pohon besar dengan anak sungai Ciberang mengalir dibawahnya. Pada malam hari, dibawah Canopi Trail, tepatnya disekitar kaki tangga naik kita bisa melihat jamur yang berflurocence atau menyala dalam kegelapan hutan disela-sela semak dan tanaman yang tumbuh disana. Salah seorang kawan ketika melihat kilauan jamur-jamur tersebut mengungkapkan kekagumannya, ”bagaikan light in dark ya...keren banget...”,. Tidak salah memang kekagumannya, karena jamur yang di siang hari terlihat berbentuk bulat putih kecil-kecil akan terluhat menyala tersebar di sela-sela hijaunya dedaunan. Lima puluh meter dari stasiun, terdapat rumah pohon yang baru dibangun akhir tahun 2006 dan menjadi fasilitas baru kawasan taman nasional ini.

Begitu masuk kawasan taman nasional, mungkin anda akan langsung jatuh cinta dan merasa tidak puas untuk hanya sekali berkunjung. Sebagaimana halnya penulis, walaupun sudah berkali-kali mengunjunginya tetap selalu ada keinginan untuk kembali. Karena setiap kali kita datang selalu ada misteri dan pesona alam yang baru. Terlebih ketika melihat sang raja udara, Elang Jawa berputar-putar di udara di atas perkebunan teh Nirmala Agung, Citalahab (±2 km dari Stasiun Penelitian Cikaniki) merupakan pengalaman yang sulit untuk dilupakan.

Untuk sampai di kampung Citalahab masih dengan jalan yang berbatu kita akan melewati jalur yang menuju air terjun, Curug Macan (±300 meter dari stasiun) yang pernah menjadi habitatnya Macan Tutul. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari stasiun Cikaniki, Curug Macan sangat sayang untuk dilewatkan. Di air terjun tersebut kita bisa mandi dan beristirahat sejenak menikmati kesegaran airnya. Kemudian kita akan melewati perkebunan teh Nirmala Agung. Hamparan perkebunan teh ini begitu luas di areal yang berbukit-bukit. Ketika kabut naik pemandangan disekitar perkebunan teh sungguh luar biasa karena kita akan melihat kabut atau halimun menggelayuti tanaman teh dan hutan tropis hijau dan lebat yang menjadi latar belakangnya. Sewaktu kabut muncul diantara lebatnya hutan tersebut, pemandangan tampak semakin mempesona dan menakjubkan

Selain jalur tersebut di atas ada jalur lain yang lebih menarik lagi untuk menuju kampung Citalahab, yaitu melalui jalan setapak yang disebut Loop Trail sepanjang ±3,8 km, melalui Stasiun Penelitian Cikaniki dan Canopy Trail. Sepanjang jalur loop trail ini dengan melintasi hutan tropis yang sudah dilengkapi dengan papan petunjuk dan beberapa bangunan sebagai shelter atau pos untuk beristirahat, kita akan menikmati kekayaan hutan yang berada dalam kawasan. Disepanjang jalur kita akan melihat beberapa jenis Anggrek hutan, Kupu-kupu, tanaman Suplir, Kantong Semar, pohon-pohon yang usianya bisa mencapai ratusan tahun, serta berbagai aneka tumbuhan dan fauna hutan lainnya. Jika beruntung kita bisa juga menjumpai Monyet Ssurili dan Owa Jawa. Kita juga akan melintasi sungai yang jernih dan sejuk. Ujung dari loop trail ini sebuah bumi perkemahan yang berada persis di Kampung Citalahab dengan pemandangan perkebunan teh yang memukau serta sebuah sungai jernih yang mengalir di bawahnya.

Jika ingin merasakan suasana jungle trekking yang lebih menantang kita bisa masuk ke dalam hutan lebih jauh lagi menuju air terjun yang tidak terlalu besar namun indah, karena letaknya benar-benar di dalam hutan yang perawan, Curug Cikudapaeh. Air terjun ini memiliki kolam yang bisa digunakan untuk mandi diantara dinding-dinding batu yang bergema. Masih melalui jalan setapak, loop trail, di pertigaan yang mengarah ke Kampung Citalahab Bedeng (arah ke kanan), kita harus memilih jalur lain ke sebelah kiri atau lurus untuk sampai di curug Cikudapaeh. Jalur ini jarang sekali ditempuh orang sehingga terkadang kita harus menerabas, karenanya tidak dianjurkan untuk berjalan sendiri tanpa pemandu dari taman nasional. Dianjurkan menggunakan sepatu jika ingin trekking melalui jalur ini karena beberapa lokasi berlumpur. Dengan berjalan kaki normal dalam waktu ±4 jam kita sudah sampai di Curug Cikudapaeh. Untuk keluar kita bisa kembali melalui jalan semula atau menyeberangi Sungai Cikudapaeh keluar melalui kampung Citalahab Bedeng dan kembali lagi ke kampung Citalahab Bawah melalui perkebunan teh.

Di kampung Citalahab Bawah terdapat guest house yang dikelola masyarakat setempat. Guest house yang berarsitektur tradisonal sunda tersebut berada persis bersebelahan dengan Bumi Perkemahan Citalahab dan dibatasi sebuah sungai dengan perkampungan penduduk. Walaupun bergaya tradisional, guest house ini cukup lengkap termasuk dapur, ruang makan, MCK yang cukup modern, dan sebuah balai kecil seperti balai pertemuan petani yang bisa menjadi tempat berkumpul.

Tetapi jika ingin bersosialisasi dengan penduduk Kampung Citalahab Bedeng, kita bisa menggunakan home stay yang juga dikelola oleh penduduk setempat. Home stay tersebar di beberapa rumah penduduk lengkap dengan gaya arsitektur sunda dan biasanya wisatawan asing senang menggunakan home stay ini.

Jadi semua kembali kepada anda, ingin menggunakan tempat yang lebih modern seperti Stasiun Penelitian Cikaniki. Atau ingin yang lebih tradisional, bersentuhan langsung dengan masyarakat dan berada diantara perkebuhan teh yang menghijau, seperti guest house dan home stay di Citalahab.

Tidak jauh dari Kampung Citalahab masih ada obyek menarik lainnya, yaitu pabrik teh Nirmala Agung. Jika sedang beroperasi, kita dapat melihat langsung proses pembuatan teh di pabrik yang berada sekitar 6 km dari Kampung Ctalahab. Teh hasil pengolahan pabrik ini terasa lebih nikmat dan beraroma khas. Dari pabrik pembuatan teh, kita bisa menuju Curug Piit yang merupakan air terjun yang tinggi, besar dan indah. Curug Piit jaraknya jaraknya tidak terlalu jauh dari pabrik pembuatan teh, kira-kira 2 km lagi dengan melewati perkampungan dimana terdapat persawahan dan lumbung padi tradisional.


Sumber :
http://aini.rumahatiku.com/2009/01/taman-nasional-gunung-halimun-salak-day-2/

https://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-barat/curug-piit---sukabumi 


Share this article :

0 comments:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011. Sukabumi Newbie Creation - All Rights Reserved
Template Modify by Premium Blogger Templates Inspired Blogger Tricks
Proudly powered by Bloggerfree download all
Design Downloaded from free Blogger templates | free website templates | Seodesign.us | Funny Sport Videos.