Untuk menuju lokasi Gua Buniayu maka
anda harus menempuh perjalanan sekitar 4-5 jam dari pusat kota Jakarta
ke arah kota Sukabumi. Kemudian masih dibutuhkan lagi perjalanan
mengarungi 26 Km atau waktu sekitar 45 menit sehingga akan menghantarkan
anda ke lokasi. Posisi Goa Buniayu sekitar 1.700 meter di atas
permukaan laut, dan berada dibawah kawasan Perhutani
Unit III Jawa Barat dan Banten seluas + 10 hektar yaitu Wana Wisata KPH Sukabumi (formasi batu karang /karst Nyalindung). Untuk menikmati wisata ini bisa menggunakan jasa Event Organiser yang menyediakan paket lengkap transportasi, akomodasi, alat dan tim pendamping sehingga tidak membuat ribet dalam persiapan dan pelaksanaan.
Sampai kini kawasan Gua Buniayu memiliki lebih dari 50 buah mulut yang sudah dieksplorasi, diperkirakan masih menyisakan lebih banyak lagi jumlah mulut Gua. Gua Buniayu dikenal juga dengan sebutan Gua Siluman yang dipetakan pertama kali oleh seorang ahli Gua Indonesia, Dr. R.K.T. Kho yang bekerjasama dengan beberapa orang ilmuwan asal Prancis; Goerge Robert, Arnoult Sevau dan Michel Chasir (1982). Gua ini terbentuk oleh proses pelarutan dan pengikisan air hujan terhadap batuan kapur selama berpuluh-ribu tahun.
Didalam Gua Buniayu akan anda dapatkan puluhan lorong yang
masing-masing saling berhubungan, antara lain; lorong Cisapi, lorong
Landak, dll. Anda akan disuguhi gugusan stalagtit, stalagnit, flow
stone, coloumn, drapery, gourdam, canopy dengan beragam bentuk yang
sangat indah dan masih dalam kondisi natural, hidup, dan masih tumbuh.
Pada bagian tengah akan disuguhi stalagtit dengan stalagnit yang tinggi
menjulang. Semenjak dikelola oleh Perum Perhutani maka mulai tanggal 26
Pebruari 1992 nama goa Siluman secara resmi diubah menjadi Wana Wisata
Goa Buniayu.Unit III Jawa Barat dan Banten seluas + 10 hektar yaitu Wana Wisata KPH Sukabumi (formasi batu karang /karst Nyalindung). Untuk menikmati wisata ini bisa menggunakan jasa Event Organiser yang menyediakan paket lengkap transportasi, akomodasi, alat dan tim pendamping sehingga tidak membuat ribet dalam persiapan dan pelaksanaan.
Sampai kini kawasan Gua Buniayu memiliki lebih dari 50 buah mulut yang sudah dieksplorasi, diperkirakan masih menyisakan lebih banyak lagi jumlah mulut Gua. Gua Buniayu dikenal juga dengan sebutan Gua Siluman yang dipetakan pertama kali oleh seorang ahli Gua Indonesia, Dr. R.K.T. Kho yang bekerjasama dengan beberapa orang ilmuwan asal Prancis; Goerge Robert, Arnoult Sevau dan Michel Chasir (1982). Gua ini terbentuk oleh proses pelarutan dan pengikisan air hujan terhadap batuan kapur selama berpuluh-ribu tahun.
Gua Buniayu diperkirakan mempunyai
panjang sekitar 3300 m, namun gua yang lebih pendek disekitarnya yaitu
Gua Bibijilan (+ 717 m), Gua Adni (+635 m), Gua Nyangkut (+390 m),
Kubang Lanang (+302 m), Gua Tanpa Nama (Panjang +400 m), dan beberapa
yang panjangnya hanya beberapa ratus meter seperti. Gua Bisoro, Gua Idin
Gua Karsim, Gua Gede, dan Gua Kole.
Apabila anda weekend dilokasi ini maka
disarankan Hari Sabtunya cukup menjelajah goa yang pendek, anda lepaskan
malam minggu dengan api unggun, membakar aneka makanan, dll. Untuk
menginap juga telah disediakan rumah Gedheg bambu yang cukup nyaman juga
untuk melepas lelah, meskipun hanya beralas perlak. Kalau mau lebih
nyaman anda bisa melengkapi diri dengan sleepingbag. Baru pada hari
minggu pagi kondisi segar maka penjelajahan ke Gua Buniayu bisa
dilakukan dengan optimal, Demikian pula skedul yang saya lakukan
beberapa waktu silam.
Adrenalin akan naik dengan cepat
manakala anda sudah berada dimulut Gua Kerek, karena Caving Buniayu
harus diawali dengan masuk lubang/celah bebatuan karang yang memiliki
ketinggian sekitar 30 meter dari dasar Goa Buniayu.
Dengan peralatan yang sudah disiapkan, akan menurunkan anda secara perlahan (grappling) dengan menggunakan tali, dan dinginnya udara sungai bawah tanah akan menyambut kedatangan anda, gelab dan dikejauhan terdengan suara aliran air sungai yang deras. Wow tentu cukup fantastic apabila belum pernah melakukan yang sejenis ini, insting survival diri sudah semakin menebal, darah mengalir lebih deras tentunya.
Dengan peralatan yang sudah disiapkan, akan menurunkan anda secara perlahan (grappling) dengan menggunakan tali, dan dinginnya udara sungai bawah tanah akan menyambut kedatangan anda, gelab dan dikejauhan terdengan suara aliran air sungai yang deras. Wow tentu cukup fantastic apabila belum pernah melakukan yang sejenis ini, insting survival diri sudah semakin menebal, darah mengalir lebih deras tentunya.
Subhanallah saya merasakan kebesaranNYA ketika semakin dalam menyusuri gua ini. Beberapa bagian perjalanan memang sebuah gumpalan lumpur sungai yang sangat pekat, kekentalannya seperti adukan semen, sehingga akan mencengkram kaki kita lebih kuat. Dan jangan lupa abadikan semua ciptaan Sang Khaliq ini dengan kamera yang berkualitas.
Kalau anda hanya membawa kamera poket kayaknya akan menyesal karena cahayanya akan sangat kurang sehingga hasilnya suram. Untuk dapat menhasilkan foto-foto yang berkualitas maka kamera yang berkualitas perlu dihadirkan, tentu persiapkan kantong tahan airnya untuk menjaga kesehatan kamera anda.
Sepanjang
perjalanan menyusuri gua tentu beberapa kali harus beristirahat, maka
persiapkan perbekalan yang cukup dan antisipasi beberapa kondisi darurat
maka perlengkapan PPK perlu juga dibawa serta. Yang menarik adalah anda
akan menemukan beberapa binatang Gua yang telah hidup dan yang menarik
binatang tersebut telah mengalami perubahan organ utamanya indera
perngelihatan dan penginderannya.
Hewan; kelelawar, laba-laba, jangkrik, ikan sungai, kadal, udang, serta wallet berhasil saya temui. Namun binatang seperti jangkrik matanya menjadi buta, mereka hanya mengandalkan penginderaan melalui antenna yang memanjang sampai 20 cm lebih.
Hewan; kelelawar, laba-laba, jangkrik, ikan sungai, kadal, udang, serta wallet berhasil saya temui. Namun binatang seperti jangkrik matanya menjadi buta, mereka hanya mengandalkan penginderaan melalui antenna yang memanjang sampai 20 cm lebih.
sumber ; http://www.shalimow.com/traveling/menikmati-wisata-caving-menjelajah-gua-buniayu-sukabumi.html
0 comments:
Post a Comment