ads-1

Home » » Goa Lalay

Goa Lalay

Goa Lalay   berlokasi sekitar 3 Km dari Kota Pelabuhan Ratu, Goa ini berada di Kampung Cipatuguran, Desa Citarik, berjarak 4 km di sebelah tenggara Terminal Pelabuhan Ratu, Sukabumi.

"Lokasinya bisa ditempuh dengan mobil pribadi dari Pelabuhan Ratu, atau dengan ojek bertarif Rp3 ribu. Pada musim libur, biasanya ramai pengunjung," ujar Ajied Jaelani, pegawai Dinas Pariwisata yang menjaga Goa Lalay selama 2 tahun terakhir.

Goa-goa kosong muncul akibat abrasi laut yang terjadi mulai sekitar 1928. Pada 1963, mulailah kelelawar mendiami goa tersebut. "Jadi, sudah 40 tahun lamanya goa itu dihuni masyarakat kelelawar," jelas Ajied.

Goa Lalay memiliki kedalaman sekitar 43 m. Selain Goa Lalay, goa-goa lain yang terjadi akibat abrasi adalah Goa Kerut, Goa Landak, Goa Saat, Goa Canik, Goa Manik, dan Goa Kunti. "Hanya Goa Lalay saja yang berisi kelelawar, yang lainnya kosong. Goa Landak, dulunya diisi oleh kawanan Landak. Namun, sekarang sudah tidak ada," tambahnya.

Kelelawar yang mendiami lorong-lorong gelap di Goa Lalay memiliki ciri khusus. Tubuhnya kecil, lebarnya seluas renggangan telapak tangan, kupingnya seperti kelinci, menyambung dengan kepalanya, memiliki ekor seperti tikus, dan serangga sebagai makanan kegemarannya. Berbeda dengan kalong, kawanan kelelawar tersebut tidak menyukai buah-buahan dan terbangnya secara berkelompok.

Menurut pengamatan Ajied, populasi kelelawar di Goa Lalay miliaran jumlahnya. "Tiap hari, kelelawar melahirkan secara bergantian. Di mulut goa, kelelawar bergelantungan secara berkelompok. Di dalam masih banyak lagi. Tidak semuanya keluar dari goa untuk mencari makan."

Saat matahari terbenam, serombongan kelelawar keluar dari goa itu, didahului dengan bau kotorannya yang menyengat hidung dan bisa tercium hampir 10 m dari mulut goa. Mereka berputar-putar di mulut goa hingga terdengar berdengung seperti tawon. Kawanan kelelawar lalu ke kanan goa, dengan formasi berliuk-liuk bagai ular menemukan mangsanya.

Di antara kawanan kelelawar ini terdapat beberapa yang seluruh badannya berwarna putih. Konon, yang melihatnya akan memperoleh keberuntungan. "Betul-betul jodoh," sahut seorang wanita pengunjung Goa Lalay. "Ya, biasanya kalau diniatkan sebelum berangkat ke sini, kemungkinan besar dapat melihat. Dari 100 pengunjung, kemungkinan yang bisa melihat sekitar 66 orang," ungkapnya.

Menurut Ajied, di Goa Lalay masih terdapat 9 ekor kelelawar putih. Mereka merupakan raja dan ratu. Setiap hari hanya 3-5 ekor yang keluar dari sarangnya. "Kadang-kadang satu kelelawar putih itu berada di bawah rombongan, di atas, atau di tengah. Jadi, tidak pasti. Di setiap beberapa menit rombongan keluar, hanya muncul satu kelelawar putih."

Rombongan kelelawar yang mencari makan bisa terbagi dalam dua gelombang: setengah jam awal keluar dari arah kanan goa dan setengah jam berikutnya dari kiri. Atau satu jam penuh dengan arah yang sama.
Sehabis mencari makan, rombongan kelelawar itu kembali ke sarangnya pada pukul 04.00 sampai 06.00 WIB. Saat masuk, rombongan kelelawar membentuk formasi seperti hujan yang jatuh dan langsung masuk ke goa.

Di Goa Lalay, selain kelelawar, terdapat pula hewan melata, yaitu ular kobra dan biawak. Ukuran biawak yang berada di goa tersebut berkisar satu hingga dua meter dan beratnya berkisar 10 sampai 45 kg. Keberadaan mereka berkaitan pula dengan kelelawar. Saat akan keluar dan masuk ke goa, kelelawar bertabrakan satu dengan lainnya. Akibatnya, mereka mati dan jatuh di dasar goa. Kelelawar yang mati ini menjadi makanan lezat tiap harinya bagi biawak dan ular kobra.

Keberadaan kelelawar ini dapat pula terdeteksi melalui bau kotorannya. Paling lama 25 menit manusia dapat bertahan di dalam goa yang dipenuhi sengatan bau amoniak yang dikeluarkan kotoran hewan tersebut.
Manfaat yang dapat dipetik dari keberadaan kelelawar tersebut adalah kotorannya. Dalam satu tahun bisa dihasilkan sebanyak 80 ton kotoran kelelawar yang dimasukkan sebagai aset desa. Tiap 6 bulan sekali kotoran tersebut dipanen. Dan saat ini, menurut Ajied, pengelolaannya dikontrakkan kepada pengusaha daerah sebesar Rp25 juta per tahun.

Untuk sementara ini, para wisatawan hanya dapat melihat Goa Lalay tersebut dari luar. Bila ingin masuk, harus disertai pawang atau penjaga goa untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain ancaman hewan melata, juga ditakutkan batu-batu di atas dinding goa runtuh. Jumlah pawang yang menjaga goa tersebut sekitar 25 orang.

Sambil menikmati pemandangan keluarnya kelelawar dari goa, pengunjung dapat menyaksikan keindahan tenggelamnya matahari di laut yang membentang sekitar 100 m dari depan Goa Lalay. Pemandangan ini lebih asyik lagi bila dinikmati di musim panas saat tidak terhalang oleh hujan. Kesejukan udara dan kelembutan belaian angin dapat dirasakan. Goa Lalay memang cocok sebagai tempat wisata alternatif yang ada di kawasan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. (CR-28/M-4)

Sumber : media indonesia online
Share this article :

1 comments:

Gulunganpita said...

saya pernah kesana bersama keluarga, dan memang hanya bisa menikmati keindahannya dari luar. Waktu itu ada pohon jambu monyet tengah berbuah, jadi penduduk disana menawari kami untuk sambil memakan jambu itu.
keren.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011. Sukabumi Newbie Creation - All Rights Reserved
Template Modify by Premium Blogger Templates Inspired Blogger Tricks
Proudly powered by Bloggerfree download all
Design Downloaded from free Blogger templates | free website templates | Seodesign.us | Funny Sport Videos.